Sunday, January 30, 2011

Memories of Love (Part 2)

Rani terkejut, ia tidak menyangka reaksi teman barunya ini begitu dingin. Darren langsung menarik tangannya tanpa bertanya darimana asal sekolah Rani seperti yang dilakukan teman-teman lainnya. Rani pun tidak ingin harga dirinya jatuh di depan Darren sehingga Rani memutuskan untuk tidak berusaha melanjutkan perkenalan mereka dan mengikuti sisa acara ospek dalam diam.

Akhirnya hari pertama ospek berakhir, Rani berjalan keluar dari ruangan dituntun oleh sahabatnya dari SMA, Dira. Rupanya peserta ospek lain tidak langsung membubarkan diri, mereka membentuk kelompok-kelompok kecil dan terlihat serius berdiskusi di halaman kampus. Dira penasaran apa yang dilakukan oleh orang-orang tersebut.

"Rani, tunggu bentar ya. Aku mau tanya ke temen-temen dulu, apa yang mereka sedang bicarakan. Jangan-jangan berhubungan dengan tugas ospek lagi." ucap Dira.

"Baiklah, aku tunggu disini." balas Rani sambil tersenyum.

Rani berusaha untuk menepi dari jalan setapak dan mencari tempat untuk duduk di bawah pohon sambil menunggu Dira. Tak lama kemudian Dira datang dengan tampang panik bersama beberapa teman cewek.

"Rani, maaf ya aku gak bisa nemenin kamu sampai dijemput, soalnya aku harus fotocopy lembaran tugas Student Day dulu, setelah itu aku juga harus kumpul ton." Dira menjelaskan dengan cepat.

Rani akhirnya ingat kalau di hari ketiga ospek fakultas akan diadakan Student Day alias perploncoan oleh kakak tingkat. Para peserta ospek diberikan tugas tulis yang menggunung dan list barang-barang yang harus mereka siapkan dan semuanya akan dikumpul saat hari H.

"oh iya gak apa-apa kok Dira, tenang ajah. Aku bisa sendiri nunggu jemputan." balas Rani.

Dira pun mengantarkan Rani menuju halaman parkir fakultas dan kemudian Dira pergi bersama teman-teman yang baru Rani tahu rupanya mereka 1 ton dengan Dira. Saat sedang menunggu itulah, Rani tidak sengaja melihat Darren sedang berkumpul dalam 1 kelompok yang kira-kira menurut Rani terdiri dari sekitar 15 orang. Karena penasaran, Rani nekat untuk bertanya kepada Darren, ya kalo dicuekin apes namanya berarti, pikir Rani.

"Darren...!" panggil Rani.

Darren pun menoleh, "Iya ada apa?"
"Kamu ton berapa? Kalian sedang ngapain kumpul begitu?" tanya Rani beruntun.

"Aku ton 2. Aku lagi diskusi tentang pembagian barang-barang yang dibawa lusa."

"Hah, kamu ton 2 Darren! Aku juga ton 2!" pekik Rani,

"Mau gak bantu nuntun aku buat jalan kesana, aku juga mau ikut kumpul tapi jalannya berbatu." Rani memohon dengan ekspresi memelas.

Mungkin karena kasihan akhirnya Darren pun memutuskan untuk menuntun Rani dan berdiri di sampingnya sampai kegiatan kumpul ton itu berakhir. Rani tidak menyangka sebanyak itu tugas tulis yang harus diselesaikan, sedangkan untuk mencari informasi tentang tugas itu Rani harus aktif bertanya dengan teman lainnya ditambah lagi dengan tugas barang-barang. Rani sedih sekali, dia bingung harus apa dia sekarang. Ia tidak punya kenalan yang bisa diajak untuk sharing tugas karena sahabat satu-satunya yang ia miliki telah berbeda ton dengannya, sedangkan Rani tidak yakin Darren, cowok yang baru ia kenal ini mau untuk berbagi tugas dengannya.

Tiba-tiba Darren bertanya dan membuyarkan lamunan Rani, "Kamu lagi nunggu jemputan?"

"iya...aku lagi nunggu dijemput sama keluargaku, mereka naik mobil sih makanya lebih lama nyampe sini."
"Oo..gtu.." sahut Darren singkat.

"hmmm...Darren, ngrepotin gak kalo aku minta ditemenin sampai dijemput? soalnya aku gak ada temen ngobrol sih." Rani bertanya dengan perasaan was-was.

Darren melirik sepintas ke jam tangannya, kemudian menjawab,
"Bisa kok, jugaan baru jam 5. Aku temenin."

Rani senang sekali, ia tidak menyangka Darren rupanya cowok ini baik hati sekali. Perasaan nyaman menyelimuti hati Rani. Ia berharap bisa berteman akrab dengan Darren. Mereka menghabiskan waktu dengan mengobrol dan darisana akhirnya Rani tahu darimana asal sekolah Darren dulu.

Untung saja mobil yang menjemput Rani akhirnya datang tidak lama kemudian. Setelah mengucapkan terimakasih, Rani masuk ke dalam mobil dibantu oleh ibunya. Saat mobil mulai berjalan, Rani melihat ke arah luar jendela, memandang sosok Darren yang berjalan menuju motornya yang diparkir tidak jauh dari tempat mereka menunggu tadi.

"Darren, terimakasih untuk hari ini, aku harap kita bisa bersahabat..." Rani berkata dalam hati.

(to be continued)



2 comments:

Dwija Bawa Temaja said...

wuiiihhhhhhhhhhh ckckckckckckckkck Darren keren bgt, baik sekali, wkwkwkwkwkwkwk
I love you dear

purnama dewi said...

mana lagi lanjutannya? :D

Post a Comment